Tokoh-tokoh Filsafat Abad Pertengahan

Written By Ze2 on Sabtu, 07 Juli 2012 | 00.39


     1.      PLOTINUS ( 204-270 )
Plotinus adalah filosof pertama yang mengajukan teori penciptaan alam semesta. Ia mengajukan teori emanasi yang terkenal itu. Teori ini diikuti oleh banyak filosof Islam. Teori itu merupakan jawaban terhadap pertanyaan Thales kira-kira delapan bad sebelumnya: apa bahan alam semesta ini. Plotinus menjawab: bahannya Tuhan. Filsafat Plotinus kebanyakan bernapas mistik, bahkan tujuan filsafat menurut pendapatnya adalah mencapai pemahaman mistik. Permulaan abad pertengahan barangkali dapat dikatakan dimulai sejak Plotinus. Karena pengaruh agama Kristen kelihatannya sangat besar; filsafatnya berwatak spiritual. Secara umum ajaran plotinus di sebut Plotinisme atau neoplatonisme. Jadi, ajaran plotinus tentulah berkaitan erat dengan ajaran PLATO. Pengaruhya jelas sangat besar, pengaruh itu ada pada teologi kristen, juga pada renaissance. Kosmologi Plotinus cukup tinggi, terutama dalam kedalaman spekulasinya dan daya imajinasinya. Dan pandangan mistis merupakan ciri filsafatnya. Ada beberapa point yang akan di bahas mengenai Filsafat Plotinus ini :
a.      Kehidupan Plotinus
Plotinus dilahirkan pada tahun 204 di Mesir, mungkin di daerah Lycopolis. Pada tahun 232 ia pergi ke alexandria untuk belajar filsafat, pada seorang guru bernama Animonius Saccas, selama 11 tahun. Pada tahun 243 ia mengikuti Raja Gordianus III berperang melawan Persia, ia ingin menggunakan kesempatan itu untuk mempelajari kebudayaan parsi dan india. Akan tetapi, sebelum sempat mempelajarinya, raja Gordianus terbunuh pada tahun 244. Plotinus dengan susah payah dapat melarikan diri ke Antakya ( Antioch ). Pada umur 40 tahun, ia pergi ke Roma. Disana ia menjadi pemikir terkenal pada zaman itu. Lalu tahun 270 ia meninggal di Munturnae, Campania, Italia.
b.      Metafisika  Plotinus
Dalam berbagai hal Plotinus memang bersandar pada doktrin-doktrin Plato. Sama dengan Plato, ia menganut realitas idea,. Pada Plato idea itu umum: artinya setiap jemis objek hanya ada satu idenya. Pada Plotinus idea itu partikular, sama dengan dunia partikular. Perbedaan mereka yang pokok ialah pada titik tekan ajaran mereka masing-masing.

Sistem metafisika Plotinus di tandai dengan konsep transendens. Menurut pendapatnya dalam pikiran terdapat tiga realitas : The One, The Mind, The Soul.
·         The One ( Yang Esa ) adalah Tuhan dalam pandangan philo(Avey: 49), yaitu suatu realitas yang tidak mungkin dapat di pahani melalui metode sains dan logika. ia berada di luar eksistensi, diluar segala nilai. Yang Esa itu adalah puncak semua yang ada; Ia itu cahaya di atas cahaya. Kita tidak mungkin mengetahui esensinya; kita hanya mengetahui bahwa ia itu pokok atau prinsip yang berada di belakang akal dan jiwa. Ia adalah pencipta semua yang ada. Mereka merasa memiliki pengetahuan keilahian juga tidak akan dapat merumuskan apa Ia itu sebenarnya (lihat Mayer: 323).
·         The Mind ( Nous ) (lihat Runes: 215) adalah gambaran tentang Yang Esa dan di dalamnya mengandung idea-idea Plato. Idea-idea itu merupakan bentuk asli objek-objek. Kandungan Nouns adalah benar-benar kesatuan. Untuk menghayatinya kita harus melaui perenungan.
·         The Soul ( psykhe ) merupakan arsitek dari semua fenomena yang ada di alam, soul itu mengandung satu jiwa dunia dan banyak dunia kecil. Jiwa dunia dapat dilihat dalam dua aspek, ia adalah energi di belakang dunia, dan pada waktu yang sama ia adalah bentuk-bentuk alam semesta. Jiwa manusia juga mempunyai dua aspek: yang pertama intelek yang tunduk pada reinkarnasi, dan yang  kedua adalah irasional.
c.       Tentang Ilmu
Idea keilmuan tidak begitu maju pada Plotinus; ia menganggap sains lebih rendah dari metafisika, metafisika lebih rendah dari pada keimanan. Surga lebih berarti dari pada bumi, sebab syurga itu tempat peristirahatan jiwa yang mulia. Bintang-bintang adalah tempat tinggal dewa-dewa. Ia juga mengakui adanya hantu-hantu yang bertempat diantara bumi dan bintang-bintang. Semua ini memperlihatkan rendahnya mutu sains Plotinus.
Plotinus dapat dikatakan sebagai musush naturalisme. Ia membedakan dengan tegas tubuh dan jiwa; jiwa bagi Plotinus tidak dapat diterjemahkan ke dalam ukuran-ukuran badaniah; fakta alam harus dipahami sesuai dengan tendensi spiritualnya.
d.      Tentang Jiwa
Menurut Plotinus jiwa adalah kekuatan Ilahiah, jiwa merupakan sumber kekuatan. Alam semesta berada didalam jiwa dunia. Jiwa tidak dapat di bagi secara kuantitatif karena jiwa itu adalah sesuatu yang satu tanpa dapat di bagi. Alam semesta ini merupakan unit-unit yang juga tidak dapat di bagi. Jiwa setiap individu adalah satu, itu di ketahui dari kenyataan bahwa jiwa itu ada di setiap tempat di badan. Bukan sebagian di sana dan sebagian disini pada badan. Kita tidak dapat mengatakan bahwa jiwa anda sama dengan jiwa saya, berarti jiwa hanya satu, jiwa itu individual.
e.       Etika dan Estetika Plotinus
Etika Plotinus dimulai dengan pandangannya tentang politik. Ia mengatakan bahwa seseorang adalah wajar memenuhi tugas-tugasnya sebagai warga negara sekalipun ia tidak tertarik pada masalah politik.
Keindahan bagi Plotinus adalah memiliki arti spritual, karena itu estetika dekat sekali dengan kehidupan moral. Esensi keindahan tidak terletak pada harmoni dan simetri. Keindahan itu menyajikan keintiman dengan Tuhan yang Maha Sempurna.
f.       Bersatu Dengan Tuhan
Tujuan filsafat Plotinus ialah terciptanya kebersatuan dengan Tuhan. Caranya ialah pertama-tama dengan mengenal alam melalui alat indra, dengan ini kita mengenal keagungan Tuhan, kemudian kita menuju jiwa dunia, setelah itu menuju jiwa ilahi. Jadi perenuangan itu dimulai dari perenungan tentang alam menuju jiwa ilahi, objeknya dari yang jamak kemudian kepada Yang Satu. Dalam perenungan terakhir itu terjadi keintiman, tidak terpisah lagi antara yang merenung dengan yang  direnungkan (Mayer: 332).
g.      Kedudukan Plotinus
Sebelum filsafat kuno mengakhiri zamannya, seorang filosof membangun sebuah sistem yang disebut neo-Plotonisme. Jelas ia adalah seorang metafisikawan yang besar. Orang itu adalah Plotinus. Nama ini sering tertukar dengan nama Plato, yang ajarannya diperbaharuinnya dengan menggunakan nama neo-Platonisme.
2.      AUGUSTINUS ( 354 – 430 )
a.       Riwayat Hidup Augustinus
Augustinus lahir pada tanggal 13 november 354 di Tagaska, Numidia (sekarang Algeria). Ayahnya Patricius adalah seorang pejabat pada kekaisaran Romawi, yang tetap kafir sampai kematiannya pada tahun 370. Ibunya Monica (Monnica), adalah penganut Kristen yang amat taat.
Pendidikan yang mula-mula diterimanya ialah dalam bidang Gramatika dan Aritmatika. Tatkala berumur sebelas tahun, ia dikirim kesekolah Madaurus, suatu tempat orang kafir (lingkungan kafir). Lingkungan itu telah mempengaruhi perkembangan moral dan agamanya sementara ibunya selalu mendo’akan agar  anaknya menerima ajaran Kristen.
Pada tahun 370, karena bantuan kawannya ( Romanius ), ia pergi ke Kartago. Disana ia tinggal bersama guru wanita yang melahirkan anak untuknya yang bernama Adeodatus pada tahun 371. Disana ia menjadi seorang manichean, yaitu suatu ajaran agama yang mengajarkan bahwa Mani adalah Nabi yang terakhir. Benar-banar yang di jadikan juru selamat yang di janjikan oleh yesus Kristus.
Pada tahun 373-374 ia mengajar di Tagaska, dan sembilan tahun berikutnya ia mengajar di Kartago. Kemudian ia pindah ke Roma, dan ia mendirikan sekolah retorika, dan ia meninggalkan ajaran Mani lalu menjadi skeptis. Lalu setahun kemudian ia mendirikan sekolah di Milan.
Ada beberapa pengaruh yang di terimanya, diantaranya ialah dari Saint Ambrose, temannya Simplicianus, dan Neo-Platonisme. Dan semuanya itu mengiringnya untuk menerima gereja kristen. Tobatlah ia pada hari Paskah ( 25 april 378 ) beserta anaknya ( adeodatus ) dibaptiskan. Segera setelah itu ia dan keluarganya kembali ke Afrika. Dan di Ostia, pelabuhan Roma ibunya meninggal dunia setalah terjadi pembicaraan indah dengannya.
Setelah Augustinus mengalami konversi, ia mengabdikan seluruh hidupnya kepada Tuhan dan melayani pengikut-pengikutnya. Setelah kembali ke Tagasta pada tahun 388, ia menjual seluruh harta warisannya dan hasil penjualan itu di berikan semuanya kepada fakir miskin. Yang tertinggal hanyalah sebuah rumah yang di ubahnya menjadi suatu tempat masyarakat biarawan. Ia sebenarnya tidak berminat menjadi pendeta, tetapi pada tahun 391 ia di tahbiskan menjadi pendeta karena didesak oleh hampir semua orang di tempat tinggalnya didekat kota Hippo ( sekarang masuk wilayah Aljazair ).
Pada tahun 395-396 ia ditahbiskan lagi menjadi uskup di Hippo. Dan di tahun terakhir kehidupannya adalah tahun peperangan bagi Imperium Romawi. Di tengah penyerbuan Vandal yang mengepung Hippo pada tanggal 28 agustus 430, Augustinus meninggal dalam kesucian dan kemiskinan yang sudah lama dijalaninya. Setelah penaklukan itu orang Vandal menghancurkan semua yang di jumpai mereka kecuali Gereja dan perpustakaan Augustinus yang di biarkan tanpa di ganggu.
b.      Tentang  Tuhan dan Manusia
Ajaran Augustinus dapat dikatakan berpusat pada dua pool, Tuhan dan manusia. Akan tetapi dapat dikatakan bahwa seluruh ajaran Augustinus berpusat pada Tuhan. Kesimpulan ini di ambil karena ia mengatakan bahwa ia hanya ingin mengenal Tuhan dan Roh, tidak lebih dari itu (Encylopedia Americana: 2: 686).
Ia yakin benar bahwa pemikiran dapat mengenal kebenaran, karena itu ia menolak skeptisisme. Ia mengatakan bahwa setiap pengertian tentang kemungkinan pasti mengandung kesungguhan.
Ia sependapat dengan Plotinus yang mengatakn bahwa Tuhan itu diatas segala jenis (catagories). Sifat Tuhan yang paling penting ialah kekal, bijaksana, maha kuasa, tidak terbatas, maha tahu, maha sempurna dan tidak dapat diubah. Tuhan itu kuno tetapi selalu baru, Tuhan adalah suatu kebenaran yang abadi.
c.       Teori Pengetahuan
Agustinus menolak teori kemungkinan. Kita, katanya, tidak pernah dituntun oleh ukuran relatif. Tentang penolakannya terhadap teori kemungkinan dari septisisme, inilah argumennya. Saya tahu bahwa saya tahu dan mencinta. Bagaimana jika Anda bersalah? Saya bersalah, jadi saya ada. Kesalahan saya membuktikan adanya saya. Jika saya tahu bahwa saya tidak bersalah, saya pun tahu bahwa saya ada. Saya mencintai diri saya, baik tatkala saya bersalah maupun tatkala saya tidak bersalah, kedua-duanya tidaklah palsu. Bila kedua-duanya palsu, berarti saya mencintai objek yang palsu, jadi saya mencintai objek yang tidak ada. Akan tetapi, karena saya benar-benar ada, karena saya bersalah atau tidak bersalah, maka saya mencintai objek yang benar-benar ada, yaitu saya. Tidak ada orang yang tidak ingin bahagia; semua orang ingin bahagia, jadi tidak ada orang yang ingin tidak ada sebab bagaimana mungkin seseorang memiliki kebahagiaan sementara ia tidak ada (lihat Mayer: 358).
Teori pengetahuan pada Agustinus adalah dapat dikatakan teori pengetahuan yang memerlukan pencerahan ilahiah. Tuhan mencurahkan caha-Nya pada jiwa manusia menyebabkan jiwa itu mampu menangkap kebenaran terakhir, tetap, dan tidak berubah. Jadi, bagi Agustinus, dalam mencari kebenaran, Tuhan adalah guru.
d.      Teori tentang Jiwa
Agustinus menentang ajaran yang mengatakan bahwa jiwa itu material. Menurut pendapatnya jiwa atau roh itu material. Agustinus membuktikan imaterialnya jiwa dengan mengatakan bahwa jiwa itu di dalam badan, ada di mana-mana dalam badan pada waktu yang sama. Bila jiwa itu material, ia akan terikat pada tempat tertentu dalam badan. Hanya dengan mengatakan bahwa jiwa itu imaterial kita dapat menjelaskan kegiatan jiwa di dalam badan (Mayer: 359).
Menurut Agustinus, jiwa tidak mempunyai bagian karena ia imaterial. Akan tetapi, jiwa mempunyai tiga kegiatan pokok: pertama;mengingat, kedua; mengerti, ketiga; mau. Oleh karena itu, memiliki atau menggambarkan ketritunggalan alam (the cosmic trinity).
e.       Peran Penting Augustinus
Augustinus di anggap telah meletakan dasar-dasar pemikiran abad pertengahan, mengadaptasikan platonisme ke dalam idea-idea kristen, memberikan formulasi sistematis tentang filsafat kristen. filsafat Augustinus merupakan sumber atau asal usul reformasi yang dilakukan oleh protestan, khususnya pada Luther, Zwingli dan Calvin. Kutukannya kepada seks, pujiannya kepada kehidupan petapa, pandangannya tentang dosa asal, semuanya merupakan faktor yang memeberikan kondisi untuk wujud pandangan-pandangan Abad pertengahan.
Paham teosentris Augustinus menghasilkan suatu revolusi dalam pemikiran orang barat. Anggapanya yang meremehkan pengetahuan duniawi, kebenciannya kepada teori-teori kealaman dan imannya kepada Tuhan tetap merupakan bagian peradaban modern. Sejak zaman Augustinuslah  orang barat lebih memiliki sifat instropektif. Karena Augustinuslah diri dalam hubungannya dengan Tuhan menjadi penting dalam filsafat.
3.      BOETHIUS
Boethius adalah philosof yang semasa dengan Augustinus dan memiliki gaya yang hampir serupa. Bukunya yang berjudul The Consolation of Philosophy, merupakan buku filsafat yang klasik. Selain buku itu ia juga menulis karya-karya yang berpengaruh pada abad pertengahan. Ia dikatakan sebagai penemu quadrium yang merupakan bidang studi poko pada abad pertangahan. Ia dianggap sebagai filosof skolastik yang pertama, karena ia berpandapat bahwa filsafat merupakan pendahulu kepada agama.
Abad Kegelapan
Sesudah boethius, eropa mulai mengalami depresi besar-besaran. Menurunnya kebudayaan latin, tumbuhnya materialisme agama, munculnya feodalisme, invasi besar-besaran, munculnya supranaturalisme baru, semuanya merupakan faktor yang dapat menghasilkan kekosongan intelektual. Semua para ilmuwan pada waktu itu lebih tertarik pada teologi daripada filsafat, dan mereka mempertahankan dogma-dogma kristen.
Asal istilah abad kegelapan adalah penggunaan untuk menunjukan periode pemikiran pada tahun 1000-an, yaitu antara masa jatuhnya imperium Romawi dan Renaissance abad ke-15. Seorang tokoh yang terkenal abad ini adalah St. Anselmus dialah yang mengeluarkan pernyataan credo ut intelligam yang dapat dianggap sebagai ciri utama abad pertengahan. Sekalipun pada umumnya  filosof abad pertengahan berpendapat seperti itu (mengenai hubungan akal dan iman), Anselmulah yang diketahui mengeluarkan pernyataan itu.

4.      ANSELMUS ( 1033-1109 )
Anselmus, Uskup Agung Canterbury, lahir di Alpen, Italia, sekitar tahun 1033. Ia menolak keinginan ayahnya agar ia meniti karier di bidang politikdan mengembara keliling Eropa untuk beberapa tahun lamanya. Seperti anak-anak muda lainnya yang cerdas dan bergejolak, ia bergabung ke biara. Di biara Bec, Normandia, di bawah asuhan seorang guru yang hebat, Lanfranc, Anselmus memulai karier yang patut dicatat.
a.      Kehidupan Anselmus
Anselmus dilahirkan di Aosta Piemont, Italia sekitar tahun 1033. Ia adalah putera seorang bangsawan comberdia yang ditandai dengan banyak gejolak dan pancaroba. Ayahnya bernama Gundulphdan ibunya bernama Ermenberga. Seluruh kehidupannya di penuhi oleh kepatuhan kepada gereja. Pada tahun 1093 ia menjadi uskup agung Canterbury dan ikut ambil bagian dalam perselisihan antara golongan pendeta dan orang-orang sekular. Dalam seluruh hidupnya ia berusaha meningkatkan kondisi moral orang-orang suci. Dalam dirinya mengalir arus mistisisme, dan iman merupakan masalah utama baginya. Ada tiga karyanya, yaitu : Monologium (yang membicarakan kadaan Tuhan), Proslogium (yang membahas tentang adanya dalil-dalil adanya Tuhan), dan Cur Deus Homo (Why God Became Man) yang berisi ajaran tentang tobat dan petunjuk tentang cara penyelamatan melalui Kristus.
b.      Pendapat Anselmus
Di dalam filsafat Anselmus kelihatan iman merupakan tema sentral pemikirannya. Iman kepada Kristus adalah yang paling penting sebelum yang lain. Dari sini dapatlah kita memahami pernyataannya, credo ut intelligam (believe in order to understand/percayalah agar mengerti). Ungkapan itu menggambarkan bahwa ia mendahulukan iman daripada akal. Iapun mengatakan wahyu harus diterima dulu sebelum kita mulai berfikir. Kesimpulannya akal hanyalah pembantu wahyu.
c.       Tentang Iman
Anselmus adalah salah seorang "terpelajar", seorang ahli Kristen yang mencoba memasukkan logika dalam pelayanan iman. Meskipun Anselmus mengetahui Alkitab dengan baik, tetapi ia ingin menguji kekuatan logika manusia dalam upayanya membuktikan doktrinnya. Namun selalu imanlah yang mendasari semua itu. Dalam karyanya Proslogium, yang pada awalnya berjudul Iman Mencari Pengertian (Fides Quaerens Intellectum),
Anselmus berpegang pada motto yang juga dipegang Agustinus, "Saya percaya agar dapat mengerti." Yang ia maksudkan dengan pernyataan itu adalah bahwa tanpa wahyu, tidak ada kebenaran karena itu mereka yang mencari kebenaran harus beriman dahulu pada wahyu tersebut. Ia mengemukakan argumentasi ontologi (informasi yang dapat mengarah ke penemuan sesuatu yang penting) untuk percaya kepada Allah. Singkatnya, ia menyatakan bahwa rasio manusia membutuhkan ide mengenai suatu Pribadi yang sempurna (Allah), oleh sebab itu Pribadi tersebut harus ada. Ide ini telah menawan hati banyak filsuf dan teolog sepanjang masa.
d.      Pembuktian Adanya Tuhan
Anselmus mencoba memberikan dua cara untuk membuktikan bahwa Allah/ Tuhan memang ada:
1.      Melihat Adanya Hal-hal yang Terbatas, yang  mengandaikan adanya hal-hal yang tidak terbatas. Dengan begitu ia hendak mengatakan bahwa, akal manusia hanya mampu untuk sampai kepada pemahaman yang biasa-biasa saja, tidak sepenuhnya mendalam dan sungguh-sungguh mendasar. ada banyak hal yang tidak mampu kita jelaskan begitu saja dengan pengetahuan yang kita miliki, karena itu ia mendasarkan adanya hal-hal yang tidak terbatas. Selain itu, Ia juga mengatakan adanya Yang baik secara relatif, dengan ini mengandaikan adanya sesuatu yang baik secara mutlak. Menurut dia, Seandainya tiada hal yang baik secara mutlak mustahil ada sesuatu yang baik secara relatif. Demikian juga halnya dengan yang besar secara relatif mengandaikan juga adanya hal-hal yang besar secara mutlak. Beradanya “yang ada” secara relatif mengandaikan beradanya “ yang ada secara mutlak, yakni Allah.
2.      Penguraian. Menurut Anselmus, apa yang kita sebut Allah memiliki suatu pengertian yang lebih besar dari segala sesuatu yang bisa kita pikirkan. Apabila kita berbicara tentang Allah, yang kita maksudkan ialah suatu pengertian yang lebih besar dari pada apa saja yang dapat kita pikirkan. Dengan begitu pengertian “Allah” yang ada di dalam rumusan pemikiran kita adalah lebih besar daripada apa saja yang ada di dalam pikiran. Apa yang di dalam pikiran ada sebagai yang tertinggi atau yang lebih besar, tentu juga berada di dalam kenyataan sebagai yang tertinggi dan yang terbesar

5.      THOMAS AQUINAS (1225-1274)
Hanya ada dua kekuatan yang menggerakkan gemuruhnya dunia: agama dan filsafat. Aquinas membicarakan kedua-duanya, hakikat masing-masing, serta hubungan kedua-duanya. Ketertarikan pemikirannya dengan Agustinus yang hidup hampir seribu tahun sebelumnya cukup jelas: Agustinus juga membicarakan agama dan filsafat, hakikat serta hubungan kedua-duanya.
a.      Kehidupan Thomas Aquinas
Ia lahir dari keluarga bangasawan, pada tahun 1225 Roccasecca, italia. Pada masa mudanya dia hidup besama pamannya yang menjadi pimpinan ordo do Monte Casino. Ia berda disana pada tahun 1230-1239. Pada tahun 1239-1244 ia belajar di Universitas Napoli, tahun 1245-1248 di Universitas Paris di bawah bimbingan Albertus Magnus (St. Albert The Great). Sampai tahun 1252 ia dan Albertus tetap berada di cologne. Tahun 1256 ia di beri ijazah (licentia Docendi) dalam bidang teologi, dan ia mengajar disana sampai tahun 1259. Tahun 1269-1272 ia kembali ke Universitas Paris untuk menyusun tantangan kepada ibn Rusyd. Sejak tahun 1272 ia mulai mengajar di Universitas Napoli. Ia meninggal pada tahun 1274 di Lyons. Dan karyanya yang paling penting ialah Suma Contra Gentiles (1258-1264) dan Suma Theologica (1266-1273) (lihat Avey: 99).
b.      Pemikiran Aquinas tentang teologi
Berdasarkan filsafatnya pada kepastian adanya Tuhan. Aquinas mengatahui banyak ahli teologi percaya pada adanya Tuhan hanya berdasarkan pendapat umum. Menurut Aquinas, eksestensi Tuhan dapat diketahui dengan akal. Untuk membuktikan. Ia mengajukan lima dalil (argumen) untuk membuktikan bahwa eksistensi Tuhan dapat diketahui dengan akal, seperti sebagai berikut ini :
1.      Argumen Gerak
Diangkat dari sifat alam yang selalu bergerak. Setiap yang bergerak pasti di gerakan oleh yang lain, sebab tidak mungkin suatu perubahan dari potensialitas ke aktualitas bergerak tanpa ada penyebabnya, dari sini dapat dibuktikan bahwa Tuhan itu ada.
2.      Sebab yang Mencukupi (efficient cause)
Sebab pasti menghasilkan musabab, tidak ada sesuatu  yang mempunyai sebab pada dirinya sendiri sebab. Itu berarti membuang sebab sama dengan membuang musabab, olehkarena itu dapat disimpulkan bahwa Tuhanlah yang menjadi penyebab dari semua musabab.
3.       Kemunginan dan Keharusan (possibility and necessity)
Kita menyaksikan di dalam alam ini segala sesuatu bersifat mungkin ada dan mungkin tidak ada. Adanya alam ini bersifat mungkin. Kesimpulan  itu kita ambil karena kenyataannya isi alam ini dimulai tidak ada, lalu muncul, lantas berkembang, akhirnya rusak atau menghilang. Kenyataan itu, yaitu alam berkembang menuju hilang, membawa kita kepada konsekuensi bahwa alam ini tidak mungkin selalu ada karena ada dan tidak ada tidak mungkin menjadi sifat sesuatu sekaligus dalam waktu yang sama. Bila sesuatu tidak mungkin ada, ia tidak akan ada. Nah, semestinya sekarang ini tidak ada sesuatu. Ini berlawanan kenyataannya.
Kalau demikian, harus ada Sesuatu Yang ada sebab tidak mungkin muncul yang ada bila ada Pertama itu tidak ada. Sebab, bila pada suatu waktu tidak ada sesuatu, maka tidak mungkin muncul sesuatu yang lain. Jadi, Ada Pertama itu harus ada karena adanya alam dan isinya ini. Akan tetapi, Ada Pertama itu, Ada yang harus ada itu, dari mana? Terjadi lagi rangkaian penyebab. Kita harus berhenti pada Penyebab yang harus ada; itulah Tuhan.
4.       Memperhatikan Tingkatan yang Terdapat pada Alam
Isi alam ini masing-masing berkelebihan dan berkekurangan, misalnya ada yang indah, lebih indah dan terindah. Dengan demikian sebab tertinggi menjadi sebab tingkatan di bawahnya. Maha sempurna, Maha Benar adalah Tuhan sebagai tingkatan tertinggi.
5.      Keteraturan Alam
Kita saksikan isi alam dari jenis yang tidak berakal  bergerak atau bertindak menuju tujuan tertentu,dan pada umumnya berhasil menuju tujuan itu, sedangkan ia tidak mempunyai pengetahuan tentang tujuan itu. Dari situ kita mengetahui bahwa benda-benda itu diatur oleh sesuatu yang berakal dan berpengetahuan dalam bertindak mencapai tujuannya, itulah Tuhan.
c.       Tentang Jiwa
Pandangan Aquinas tentang jiwa amat sederhana. Katanya, jiwa dan raga mempunyai hubungan yang pasti: raga menghadirkan matterdan jiwa menghadirkan form yaitu prinsip-prinsp hisup yang aktual. Kesatuan antara jiwa dan raga bukanlah terjadi secara kebetulan. Kesatuan itu diperlukan untuk terwujudnya kesempurnaan manusia. Yang dimaksud jia oleh Aquinas ialah kapasitas intelektual dan kegiatan vital kejiwaan lainnya. Oleh karena itu Aquinas mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang berakal.
d.      Etika Aquinas
Menurut Aquinas etika adalah:
·         Dasar kebaikan adalah kemurahan hati (charty) yang menurut Aquinas lebih dari kedermawanan atau belas kasihan.
·         Kehidupan petapa (ascetic) memainkan peranan yang kuat didalam etikanya. Oleh karena itu ia setuju dengan pendapat St. Augustinus yang mengajarkan bahwa kehidupan membujang (celebacy) lebih baik dari pada kawin.
·         Mengenai kebebasan kemauan (free will) ia menyatakan bahwa manusia berada dalam kedudukan yang berbeda dari Tuhan. Tuhan selalu benar, sedangkan manusia kadang-kadang salah.
e.       Teori Pengetahuan
Bagi Aqinas, semua objek yang tidak dapat diindera tidak akan dapat diketahui secara pasti oleh akal. Oleh karena itu, kebenaran ajaran Tuhan tidak mungkin dapat diketahui dan diukur dengan akal. Kebenaran ajaran Tuhan diterima dengan iman. Sesuatu yang tidak dapat diteliti dengan akal adalah objek iman. Pengetahuan yang diterima atas landasan iman tidaklah lebih rendah daripada pengetahuan yang diperoleh dengan akal. Paling tidak, kebenaran yang diperoleh dengan akal tidak akan bertentangan dengan ajaran wahyu (Randal: 236-276).
Berdasarkan uraian itu dapat diketahui dua jalur pengetahuan dalam filsafat Aquinas. Jalur itu ialah jalur akal yang dimulai dari manusia dan berakhir pada Tuhan, dan yang kedua ialah jalur iman yang dimulai dari Tuhan (wahyu), didukung oleh akal.
f.       Teori politi Aquinas
Menurut Aquinas hukuman itu ada empat :
·         Hukman abadi yaitu suatu rencana (blue print) yang menatur penciptaan dan pengaturaan alam semesta. Esensi hukum ini tidak dapat dipahami oleh manusia.
·         Hukum alam yaitu hukum yang menyebabkan semua makhluk mendapatkan kesempurnaanya, mencari kebaikan dan menghindari kejahatan. Juga menyediakan kehidupan bagi manusia dengan segala haknya seperti hak untuk berketurunan dan hak untuk hidup didalam masyarakat.
·         Hukum Tuhan yaitu hukum Kristen yang mempunyai kedudukan hukum yang istimewa. Hukum ini dikenal melalui wahyu Tuhan yang diberikan karena kemurahan-Nya.
·         Hukum manusia dibagi menjadi jus gentium dan jus civile. Di dalam hukum manusia terdapat hukum alam dalam kasus-kasus tertentu. Misalnya, menurut hukum alam membunuh adalah salah, tapi terserah pada hukum manusia untuk menjatuhkan hukuman apa yang sesuai untuk pelanggar.
g.      Tentang gereja
Di dalam filsafat gereja, Aquinas mengatakan bahwa manusia tidak akan selamat tanpa pelantara gereja. Sakramen-sakramen gereja itu perlu, sakramen itu mempunyai dua tujuan yaitu : Pertama, menyempurnakan manusia dalam penyembahan kepada Tuhan. Kedua, menjaga manusia dari dosa. Aquinas juga mengatakan bahwa Baptis mengatur permulaan hidup, penyesalan (confirmation) untuk keperluan pertumbuhan manusia dan sakramen maha kudus (eucharist) untuk menguatkan jiwa.
Sumber Bacaan
·         Tafsir, Ahmad –Filsafat Umum (Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capr), Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1990.












0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
berita unik