Kelemaham Pokok Islam Liberal

Written By Ze2 on Rabu, 01 Agustus 2012 | 23.47


Kalau itu yang disebut Islam Liberal, atau sebangsa yang menolak jilbab dan sebagainya, maka pantas kalau mendapatkan dampratan dari umat Islam. Hanya sayangnya, kenapa di Indonesia, bahkan di dunia Islam, pemikiran semacam itu, ("berbahaya karena sederhana") justru diangkat-angkat bahkan diposisikan sebagai pembaharu, yang dalam bahasa Arabnya adalah mujaddid, yang hal itu punya kedudukan tinggi dalam Islam? Padahal, kenyataan pemikiran yang mereka sebarkan adalah satu bentuk pemikiran yang punya kelemahan-kelemahan pokok:

1.      Tidak punya landasan/ dalil yang benar.
2.      Tidak punya paradigma ilmiyah yang bisa dipertanggung jawabkan.
3.      Tidak mengakui realita yang tampak nyata.
4.      Tidak mengakui sejarah yang benar adanya.
5.      Tidak punya rujukan yang bisa dipertanggung jawabkan.
Kelemahan-kelemahan itu bisa dibagi dua:
1.      Lemah dari segi metode keilmuan.
2.      Lemah dari segi tinjauan keyakinan atau teologis.
Lemah dari segi ilmiyah atau realita kebenaran itu dalam Al-Qur'an ada gambarannya, yaitu fatamorgana disangka air.  "…laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun." (An-Nuur/ 24: 39).
 

Lemah dari segi aqidah digambarkan dalam Al-Qur'an bagai rumah labah-labah, selemah-lemah rumah.  "Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui." (Al-'Ankabuut/ 29: 41).
Dua-dua kelemahan itu ketika dibangun berbentuk sebuah bangunan maka wujudnya adalah pembangunan masjid dhiror, yang harus dihancurkan dengan cara dibakar. Sedang pembangunnya diancam neraka yang akan dimasukkan ke dalamnya beserta reruntuhan bangunan yang mereka buat. Masjid dhiror itu sendiri diibaratkan bangunan di tepi jurang yang runtuh, dan jadi pangkal keraguan dalam hati mereka. "Maka apakah orang-orang yang mendirikan masjidnya di atas dasar takwa kepada Allah dan keridhaan(Nya) itu yang baik, ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama dengan dia ke dalam neraka Jahannam? Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang dhalim. Bangunan-bangunan yang mereka dirikan itu senantiasa menjadi pangkal keraguan dalam hati mereka, kecuali bila hati mereka itu telah hancur. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (QS At-Taubah/ 9: 109-110).
Meskipun banyak kelemahannya, namun karena pelontarnya itu adalah orang yang sudah kadung dianggap sebagai tokoh intelektual, maka dianggap sebagai pemikiran baru dan maju. Padahal sebenarnya jauh sekali dari kebenaran ilmiyah maupun kebenaran agama yang berdasarkan dalil/ nash ayat dan hadits.
Kalau pentolannya saja modelnya begitu, maka yang lain-lain, baik yang sudah meninggal maupun yang masih menjalani hidupnya, kurang lebihnya pendapat mereka seperti yang dilontarkan Ahmad Wahib dan disunting serta disebarkan oleh Djohan Effendi, Dawam Rahardjo dan lainnya. Di antara isi lontaran itu adalah membuyarkan sumber Islam, dikembalikan kepada sejarah. Sebagaimana uraian berikut ini.

Sumber:
·         Jaiz, Ahmad, Hartono –Bahaya Islam Liberal, Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar, 2002.





0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
berita unik