Siapa sajakah yang mereka daftar sebagai Islam Liberal? Dalam internet milik mereka, ada sejumlah nama. Kami kutip sebagai berikut: "Beberapa nama kontributor JIL (Jaringan Islam Liberal, pen) adalah sebagai berikut:
· Nurcholish Madjid, Universitas Paramadina Mulya, Jakarta.
· Charles Kurzman, University of North Carolina.
· Azyumardi Azra, IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
· Abdallah Laroui, Muhammad V University, Maroko.
· Masdar F. Mas'udi, Pusat Pengembangan Pesantren dan Masyarakat, Jakarta.
· Goenawan Mohammad, Majalah Tempo, Jakarta.
· Edward Said
· Djohan Effendi, Deakin University, Australia.
· Abdullah Ahmad an-Naim, University of Khartoum, Sudan.
· Asghar Ali Engineer.
· Nasaruddin Umar, IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
· Mohammed Arkoun, University of Sorbone, Prancis.
· Komaruddin Hidayat, Yayasan Paramadina, Jakarta.
· Sadeq Jalal Azam, Damascus University, Suriah.
· Said Agil Siraj, PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama), Jakarta.
· Denny JA, Universitas Jayabaya, Jakarta.
· Rizal Mallarangeng, CSIS, Jakarta.
· Budi Munawar Rahman, Yayasan Paramadina, Jakarta.
· Ihsan Ali Fauzi, Ohio University, AS.
· Taufiq Adnan Amal, IAIN Alauddin, Ujung Pandang.
· Hamid Basyaib, Yayasan Aksara, Jakarta.
· Ulil Abshar Abdalla, Lakpesdam-NU, Jakarta.
· Luthfi Assyaukanie, Universitas Paramadina Mulya, Jakarta.
· Saiful Mujani, Ohio State University, AS.
· Ade Armando, Universitas Indonesia, Depok -Jakarta.
· Syamsurizal Panggabean, Universitas Gajahmada, Yogyakarta.
Mereka itu diperlukan untuk mengkampanyekan program penyebaran gagasan keagamaan yang pluralis dan inklusif. Program itu mereka sebut "Jaringan Islam Liberal" (JIL). Penyebaran gagasan keagamaan yang pluralis dan inklusif itu di antaranya disiarkan oleh Kantor Berita Radio 68H yang diikuti 10 Radio; 4 di Jabotabek (Jakarta Bogor, Tangerang, Bekasi) dan 6 di daerah.
Di antaranya Radio At-Tahiriyah di Jakarta yang menyebut dirinya FM Muslim dan berada di sarang NU tradisionalis pimpinan Suryani Taher, dan juga Radio Unisi di Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Dua Radio Islam itu ternyata sebagai alat penyebaran Islam Liberal, yang fahamnya adalah pluralis, semua agama itu sama/ paralel, dan kita tak boleh memandang agama lain dengan pakai agama kita. Sedang faham inklusif adalah sama dengan pluralis, hanya saja memandang agama lain dengan agama yang kita peluk. Dan itu masih dikritik oleh orang pluralis.
Sumber:
· Jaiz, Ahmad, Hartono –Bahaya Islam Liberal, Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar, 2002.
0 komentar:
Posting Komentar